Rabu, 16 Agustus 2017

Mana yg didahulukan, mendidik anak menjadi sholeh atau pintar....?

Kisah ini layak jadi pertimbangan

Seorang bapak kira-kira usia 65 tahunan duduk sendiri di sebuah  lounge bandara Halim   Perdana Kusuma, menunggu pesawat yang akan menerbangkannya ke Jogja.
Kami bersebelahan hanya berjarak satu kursi kosong. Beberapa  menit kemudian ia menyapa saya.
_“Dik hendak ke Jogja juga?”_
_“Saya ke Blitar via Malang, Pak. Bapak ke Jogja?”_
_“Iya.”_
_“Bapak sendiri?”_
_“Iya.”_ Senyumnya datar. Menghela napas panjang._“Dik kerja dimana?”_

_“Saya serabutan, Pak,”_ sahut saya sekenanya.
_“Serabutan tapi mapan, ya?”_ Ia tersenyum. _“Kalau saya mapan tapi jiwanya serabutan.”_

Saya tertegun. _“Kok begitu, Pak?”_
Ia pun mengisahkan, istrinya telah meninggal setahun lalu. Dia memiliki dua orang anak yang sudah besar-besar. Yang sulung sudah mapan bekerja. Di Amsterdam. Di sebuah perusahaan farmasi terkemuka dunia.  Yang bungsu, masih kuliah S2 di USA.

Ketika ia berkisah tentang rumahnya yang mentereng di kawasan elit Pondok Indah Jakarta, yang hanya dihuni olehnya seorang, dikawani seorang satpam, 2 orang pembantu dan seorang sopir pribadinya, ia menyeka airmata di kelopak matanya dengan tisue.

_“Dik jangan sampai mengalami hidup seperti saya ya. Semua yang saya kejar dari masa muda, kini hanyalah kesia-siaan. Tiada guna sama sekali dalam keadaan seperti ini. Saya tak tahu harus berbuat apa lagi. Tapi saya sadar, semua ini akibat kesalahan saya yang selalu memburu duit, duit, dan duit, sampai lalai mendidik anak tentang agama, ibadah, silaturrahmi dan berbakti pada orang tua._

_Hal yang paling menyesakkan dada saya ialah saat istri saya menjelang meninggal dunia karena sakit kanker rahim yang dideritanya, anak kami yang sulung hanya berkirim SMS tak bisa pulang mendampingi akhir hayat mamanya gara-gara harus meeting dengan koleganya dari Swedia. Sibuk. Iya, sibuk sekali…. Sementara anak bungsu saya mengabari via WA bahwa ia sedang mid - test di kampusnya sehingga tidak bisa pulang...”_

_“Bapak, Bapak yang sabar ya….”_
Tidak ada kalimat lain yang bisa saya ucapkan selain itu.

Ia tersenyum kecut.
_“Sabar sudah saya jadikan lautan terdalam dan terluas untuk membuang segala sesal saya dik..._
_Meski telat, saya telah menginsafi satu hal yang paling berharga dalam hidup manusia, yakni sangkan paraning dumadi. Bukan materi sebanyak apa pun. Tetapi, dari mana dan hendak ke mana kita akhirnya. Saya yakin, hanya dari Allah dan kepada-Nya kita kembali. Di luar itu, semua semu. Tidak hakiki..._ 

_Adik bisa menjadikan saya contoh kegagalan hidup manusia yang merana di masa tuanya….”_

Ia mengelus bahu saya –saya tiba-tiba teringat ayah saya.
Spontan saya memeluk Bapak tsb..
Tak sadar menetes airmata..
Bapak tua tersebut juga meneteskan airmata....
...... *kejadian ini telah menyadarkan aku, bahwa mendidik anak tujuan utamanya harus shaleh bukan kaya. Tanpa kita didikpun rejeki anak sudah dijamin oleh Tuhan, tapi tidak ada jaminan tentang keimanannya, orang tua yg harus berusaha untuk mendidik dan menanamkannya.*

Di pesawat, seusai take off, saya melempar pandangan ke luar jendela, ke kabut-kabut yang berserak bergulung-gulung, terasa diri begitu kecil lemah tak berdaya di hadapan kekuasaan-Nya...

*HIDUP ITU SEDERHANA SAJA. MENCARI REZEKI JANGAN MENGEJAR JUMLAHNYA TAPI KEJAR BERKAHNYA*

Semoga bermanfaat..

Minggu, 01 Januari 2017

7 Tips Tetap Istiqomah di Jalan Allah

7 tips Tetap Istiqomah di Jalan Allah
Sponsors Link
Agama adalah tiang kehidupan dan menjadi pegangan bagi setiap manusia dalam menjalani kehidupannya. Tanpa agama, manusia akan sulit menentukan arah hidupnya dengan jelas. Sebagai umat yang memeluk agama Islam, kita perlu untuk selalu mempertebal dan memupuk keimanan serta keyakinan terhadap ajaran agama agar bisa menjadi pribadi yang istiqomah dalam menjalankan segala perintah agama.

Istiqomah artinya menempuh jalan dalam ajaran agama yang lurus, dan tidak menyimpang ke arah manapun selain menuju arah yang lurus. Ini berarti, istiqomah adalah segala bentuk ketaatan terhadap Allah dan meninggalkan semua larangan – Nya.

Keutamaan bersifat istiqomah

Dalam salah satu ayat Al – Qur’an Allah telah berfirman sebagai berikut:

“Sesungguhnya orang – orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat, di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta. Sebagai ganjaran bagimu dari Tuhan yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(QS. Fushshilat 41: 30-32)

Menuju Sikap Istiqomah

Dengan demikian keutamaan bersikap istiqomah dalam beribadah telah ditegaskan dalam Al – Qur’an itu sendiri. Agar bisa mencapai keadaan yang istiqomah dalam beribadah, kita harus memupuknya dengan baik. Lakukanlah langkah – langkah Cara Agar Tetap Istiqomah seperti berikut ini:

1. Memperdalam pemahaman mengenai dua kalimat syahadat

Dua kalimat syahadat adalah ikrar seseorang yang memeluk keyakinan agama Islam. Ini adalah cara kita sebagai umat Islam untuk mengamalkan rukun Islam yang pertama, yaitu ketika mengucap kalimat syahadat berarti kita bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan – Nya. Maka dengan mengucapkan kalimat itu kita berjanji tidak akan menyembah yang lain selain Allah SWT, taat kepada ajaran Allah serta Nabi Muhammad SAW.

2. Memperdalam pengetahuan mengenai Al Qur’an

Salah satu alasan kitab suci umat Islam ini diturunkan adalah untuk memperteguh keyakinan orang – orang yang sudah beriman dengan menjadi petunjuk bagi kehidupan mereka. Sebagaimana tercantum dalam salah satu surat yaitu:

“Katakanlah: Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Rabb-mu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang – orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang – orang yang berserah diri (kepada Allah).” (Surat An – Nahl : 102)

Kurangnya sifat istiqomah seseorang dalam agama Islam biasanya disebabkan karena mereka kurang memperdalam pengetahuan tentang kitab suci ini dan lebih banyak tercebur dalam kehidupan yang diluar agama. Perbanyaklah waktu untuk mempelajari isi Al Qur’an agar ilmu agama semakin kaya dan menjadikannya sebagai tuntunan hidup agar bisa tetap istiqomah dalam beribadah. Salah satu manfaat mempelajari Al Qur’an dengan benar adalah kita jadi mengetahui adab terhadap orang tua yang benar, cara mengabdi kepada suami menurut Islam, dan kedudukan serta peran wanita dalam Islam.

3. Mulai belajar istiqomah dengan beramal

Untuk menjadi seseorang yang bersifat istiqomah dalam beragama, bisa dimulai dari hal – hal yang mendasar terlebih dulu seperti belajar untuk beramal shaleh. Membiasakan diri beramal seperti bersedekah walaupun sedikit adalah langkah awal yang bagus menuju pribadi yang istiqomah. Begitu juga dengan menjalankan shalat sunat, membantu sesama umat Muslim yang sedang dalam kesulitan, mengembangkan ciri – ciri teman yang baik dan tulus pada diri sendiri dan lain – lain. Hal – hal ini adalah cara menjadi pribadi yang baik bagi kita. Kelak amalan – amalan ini dapat ditingkatkan menjadi semakin besar lagi manfaatnya. Beramal juga bisa menjadi cara menghilangkan sifat egois seseorang.

4. Banyak berdoa

Tidak hanya berusaha melakukan berbagai hal agar bisa menjadi pribadi yang istiqomah dalam beragama, doa juga tidak kalah penting. Selalu berdoa agar tetap diberikan petunjuk dalam jalan yang benar akan memperkuat keyakinan terhadap Allah SWT dan ajaran – Nya. Untuk menjadi orang yang selalu tekun beribadah mungkin perlu ada cara merubah sifat yang buruk menjadi lebih baik. Berdoalah agar selalu bisa menjalankan perintah – Nya dan menjauhi semua larangan – Nya. Selalu memanjatkan doa dan meminta petunjuk bisa menjadi cara bersikap sabar dan cara bersikap tenang saat sedang ditimpa masalah.

5. Sering bercermin kepada kisah – kisah Islami

Telah banyak kisah – kisah teladan dalam Islam yang menunjukkan keberanian, kesabaran dan keteguhan hati para tokohnya. Misalnya kisah anak berbakti kepada orang tua dan cerita anak durhaka kepada ibunya yang menggambarkan keutamaan berbakti kepada orang tua yang bisa kita ambil hikmahnya. Dengan mengambil hikmah dari setiap cerita yang kita ketahui, akan dapat menambah keyakinan dan keimanan dalam beragama, serta akan menjadi jalan menjadi pribadi yang istiqomah. Melalui kisah – kisah ini juga kita akan dapat menjadi yakin akan adanya balasan bagi setiap perbuatan dan niat yang baik.

Sponsors Link

6. Mencari kawan yang sejalan

Meningkatkan pribadi menjadi istiqomah bisa dimulai dari menempatkan diri pada lingkungan yang dipenuhi orang – orang yang bertujuan sama. Orang – orang yang saleh dan mempunyai ciri – ciri orang baik hati adalah tempat yang baik bagi kita untuk mengembangkan sifat istiqomah dalam beragama. Seperti tercantum dalam ayat – ayat berikut ini:

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang – orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka.” (QS. Hud (12) : 113)

“Hai orang – orang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang – orang yang benar.”(QS. At – Taubah 119)

Bergaul dengan orang – orang soleh akan bisa mendorong motivasi kita untuk selalu berusaha istiqomah dalam beragama dan menjadi cara merubah diri menjadi lebih baik. Kita memerlukan teman yang bisa saling mengingatkan dalam kebaikan dan bukannya keburukan.

7. Bersikap konsisten dalam beribadah

Amalan yang disukai Allah adalah amalan yang dilakukan secara terus menerus dan berlanjut daripada amalan yang dilakukan secara tanggung atau tidak berkelanjutan. Hal ini tercantum dalam salah satu hadits dari Aisyah RA yaitu:

“Amalan yang paling dicintai Allah Ta’ala adalah amalan yang berkelanjutan walaupun itu hanya sedikit.”

Walaupun sedikit, amalan yang rutin dilakukan lebih baik daripada yang cuma dilakukan sekali – sekali saja. Amalan yang dilakukan secara berkelanjutan akan menjadi ladang pahala dan menjadi perantara dalam mendekatkan diri kepada Allah, juga akan memperbesar ketaatan terhadap segala perintah Allah.

Tujuan hidup menurut Islam adalah untuk beribadah kepada Allah. Bersikap istiqomah dalam beribadah bisa memperbesar peluang untuk mendapatkan pahala, mendekatkan diri kepada Allah dan masuk surga. Karena itulah kita sebagai pemeluk agama Islam perlu memupuknya agar dalam diri kita tumbuh sifat yang istiqomah dan menjadi pribadi yang taat beragama dan beribadah kepada Allah.